RI-Myanmar Sepakati Bisnis Farmasi dan Alat Kesehatan

By Admin

nusakini.com--Indonesia dan Myanmar majukan kerja sama bisnis farmasi dan alat kesehatan. MoU antara PT Phapros Tbk, anak Perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) dan perusahaan farmasi asal Myanmar Medi Myanmar Group berhasil ditandatangani di Yangon, Myanmar.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT Phapros Tbk, Barokah Sri Utami dan Managing Director Medi Myanmar Group, Dr. Win Shi Tu. Duta Besar RI untuk Myanmar, Dr. Ito Sumardi, Direktur Keuangan PT RNI yang juga Komisaris Utama PT Phapros Tbk, M. Yana Aditya, serta Komisaris PT RNI, Aditya Dhanwantara menyaksikan penandatanganan tersebut. 

“Melalui MoU ini kedua perusahaan akan membentuk usaha bersama (Join Venture) pengembangan bisnis farmasi dan alat kesehatan," tutur Dubes Ito Sumardi.   

Dubes Ito Sumardi menyambut baik kerja sama ini. Dikatakannya, kerjasama yang dilakukan Phapros adalah langkah yang positif, mengingat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di ASEAN pada tahun 2016 sebesar 6,5 persen. 

“Myanmar memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara tujuan investasi," lanjutnya. 

Dirut PT Phapros Tbk, Barokah Sri Utami mengatakan bahwa Joint Venture yang dibentuk akan fokus pada pendirian pabrik. 

Pada tahap awal, pabrik tersebut disiapkan untuk memproduksi tablet dan kapsul non antibiotik, sebelum kemudian masuk ke arah pengembangan parenteral. “Kami tengah siapkan kajiannya. Sambil menunggu pabrik beroperasi akan diijajaki peluang ekspor OTC atau obat bebas yang dapat dijual tanpa resep dokter,"ungkapnya. 

Dr. Win Shi Tu dari Medi Myanmar menyampaikan bahwa kedatangan Phapros sangat tepat dengan situasi industri farmasi di Myanmar saat in dimana 90% produk farmasi merupakan impor dari beberapa negara seperti India, Cina, Thailand, Korea Selatan, Jepang dan lainnya. 

Dr. Win Shi Tu juga meyakini bawa MoU yang telah ditandatangani bersama PT. Phapros akan menjadi salah satu fondasi yang kuat dalam kerja sama farmasi antara Indonesia dan Myanmar. 

Menurut laporan Bank Dunia yang bertajuk East Asia and Pacific Economic Update, ekonomi Myanmar sendiri diprediksi akan naik ke angka 6,9 persen di tahun 2017 dan 7,2 persen di tahun 2018, naik dari 6,5 persen di tahun 2016. Hal ini sejalan dengan kenaikan belanja infrastruktur dan reformasi struktural akan mampu mendatangkan banyak investasi asing. (p/ab)